JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) akhirnya tidak terlalu mementingkan nilai ujian yang didapat
peserta UKA. Ternyata banyak guru yang ditetapkan lulus, walaupun rata-rata
nilai mereka jeblok.
Dalam pernyataan resmi di Jakarta kemarin (19/3) Mendikbud Mohammad Nuh mengatakan, jumlah peserta UKA yang dinyatakan lulus sejumlah 249.001 orang. Sedangkan kuota tetap PLPG (Pendidikan dan Latihan Profesi Guru) 2012 dipatok menampung lulusan UKA berjumlah 250 ribu kursi. Itu artinya, ada 999 kursi PLPG yang lowong.
Dari hasil akhir tersebut, memang menimbulkan kesan penentuan kelulusan UKA hanya didasarkan dari pemenuhan kuota PLPG. Sebab, hasil dari pemindaian lembar jawaban yang dibeber Jumat lalu (16/3) rata-rata hasil yang diperoleh peserta UKA jeblok. Dari nilai maksimal yang bisa diperoleh 100, rata-rata guru hanya mendapatkan nilai antara 30 sampai 50 di seluruh tingkatan.
Dengan kondisi seperti ini, ada beberapa guru yang memperoleh nilai jelek tetapi tetap lulus UKA dan berhak ikut PLPG. Selanjutnya, guru ini akan dilatih lalu diuji lagi untuk mendapatkan sertifikat guru professional. Dan juga tunjangan profesi pendidik (TPP).
Namun, Nuh menyangkal jika pihaknya hanya menggunakan pendekatan pemenuhan kuota dalam menentukan kelulusan UKA itu. Tetapi, dia juga tidak memungkiri ada sejumlah guru dengan nilai rendah yang lolos saringan UKA. Kemendikbud tidak bisa hanya mengambil guru-guru dengan nilai yang benar-benar bagus. Misalnya peserta UKA dengan nilai minimal 60. Sebab, jika berpotokan sistem ini, mereka khawatir peserta PLPG bakal sepi.
Nuh berkilah pihaknya memiliki formulasi khusus. Dia mengatakan, menggunakan kacamata deviasi nilai yang diperoleh seluruh guru atau pengawas peserta UKA. Dia menerangkan, setelah ketemu nilai deviasi tadi, lantas dikuringi 1. Dengan cara ini, lantas bisa ditentukan kelulusan jumlah kelulusan peserta UKA.
Menurut mantan rektor ITS itu, banyak sekali pertimbangan lain dalam menentukan kelulusan UKA ini. Selain nilai dan kuota, juga dipertimbangkan soal sebaran guru. Dia menjelaskan, tidak mungkin yang diluluskan dalam UKA itu hanya guru-guru yang ada di perkotaan saja. Sebab, guru-guru di daerah terpencil juga perlu ikut PLPG untuk peningkatan profesi mereka.
Nuh juga mengatakan, yang terpenting dalam UKA lainnya adalah soal pemetaan kompetensi guru. Dia juga mengatakan, bagi guru-guru atau pengawas yang belum lulus UKA tahun ini tidak boleh kecil hati. Sebab, mereka masih dapat kesempatan ikut UKA tahun depan. Selama satu tahun ke depan, guru-guru yang tidak lulus ini akan didampingi peningkatan kompetensinya. Diharapkan, mereka bisa lulus UKA tahun depan.
Diberitakan sebelumnya, nilai rata-rata UKA guru TK hanya 58,87 dengan jumlah peserta 23.753 orang. Rata-rata nilai guru SD 36,86 (164.153 orang). Rata-rata nilai guru SMP 46,15 (51.238 orang). Rata-rata nilai guru SMA 51,35 (18.125 orang). Rata-rata nilai guru SMK 50,02 (15.105 orang). Rata-rata nilai guru SLB" 49,07 (2.446 orang). Dan nilai rata-rata kategori pengawas 32,58 (606 orang). (wan)